Sabtu, 12 Februari 2011

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
GREEN EKONOMI DAN PERKEMBANGAN DI INDONESIA

Sekilas mungkin banyak orang yang yang kurang mengetahui tentang green ekonomi dan apa kah Indonesia telah melakukan green ekonomi ?. Secara umum yang dimaksud dengan green ekonomiadalah penerapan kebijakan perekonomian yang berdasarkan pemeliharaan,dan kebijakan ramah lingkungan dalam melakukan kebijakan ekonomi .sementara berdasarkan http://www.greeneconomics.net 'green economic adalah ekonomi dunia nyata berupa pekerjaan manusia, kebutuhan manusia dan sumber daya alam dan bagaimana semuanya bersatu menjadi sebuah kesatuan yang harmonis green economic bukanlah tentang pertukaran nilai tapi bedasarkan nilai kegunaan, juga adalah kualitas bukan kuantitas demi kualitasdan ini adalah regenerasi baik manusia secara individu atau komunitas, dan ekosistem bukan akumulasi baik itu berupa uang atau materi '. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa isu global warming dan kerusakan lingkungan semakin santer terdengar beberapa tahun belakangan ini, rusaknya lingkungan mau tidak mau juga mempengaruhi kegiatan perekonomian tidak hanya perekonomian suatu Negara tapi hal ini dapat mempengaruhi kegiatan perekoomian secara global . berdasarkan situs BBC kita dapat mengetahui beberapa hal yang mungkin dapat membuka mata kita bahwa lingkungan kita berpengaruh terhadap kehidupan kita sebagai manusia yaitu:

  • Makanan: diperkirakan 1 dari 6 orang di dunia menderita kelaparan dan gizi buruk
  • Air: diperkirakan pada tahun 2025, dua pertiga orang di dunia akan mengalami krisis air yang parah
  • Energi: produksi minyak bumi mencapai puncaknya dan mulai menurun pada tahun 2010
  • Perubahan Iklim: tantangan terbesar adalah perubahan iklim, ang menyebabkan meningkatnya badai, banjir, kekeringan dan hilangnya spesies
  • Keanekaragaman hayati: Bumi yang sekarang telah memasuki tahap kepunahan spesies keenam terbesar
  • Polusi: bahan kimia berbahaya ditemukan di semua generasi baru dan diperkirakan satu dari empat orang di dunia terpapar polusi udara yang tak sehat
Dari hal hal di atas kita dapat melihat bahwa sudah saatnya kita merubah kebijakan kita khususnya ekonomi untukmencegah rusaknya alam yang mungkin dapat mengakibatkan pengaruh yang besar bagi generasi mendatang. Meskipun hal ini bisa dibilag mempunyai konsekuensi yang besar karena jujur saja bahwa sumbeer pemasukan perekonomian kita kurang lebih masih ditopang oleh sumberdaya alam Sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan menyumbang sekitar 25% PDB Indonesia dan sekitar 30% dariseluruh penerimaan anggaran Pemerintah (pada tahun 2005, pajakpenghasilan atas migas mencapai 7% dari pendapatan, dan penerimaanbukan pajak atas pendatan sumber daya alam mencapai 22% dari pendapatannegara). Namun, kebijakan makro ekonomi Indonesia (kebijakan pendapatanpajak dan bukan pajak serta pola perimbangan keuangan) tampaknyamendorong terjadinya pengurasan sumber daya akibat penggunaan yangterus-menerus karena melalui kebijakan-kebijakan ini pemerintahkabupaten, berdasarkan pendapatan sumber daya dan bukan kinerja ataukepengurusan, tidak memperoleh pendapatan pajak yang memadai dari usahakehutanan dan perikanan (yang terkait dengan sumber daya lain), dantidak mengizinkan diberikannya sumbangan amal oleh individu atau badan usaha.

Kembali ke pokok bahasan utama yaitu masalah green ekonomi, hal ini sebenarnya sudahidengungkan ke public sejak tahun 2009. Pada tahun 2009 Dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2009, Deputi Menteri Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas menyelenggarakan seminar "Menuju Green Economy: Pertumbuhan Ekonomi versus Pembangunan Lingkungan" pada tanggal 29 Mei 2009, bertempat di Ruang Merak 2, Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta.

Sebelum kita melihat perkembangan green ekonomi di Indonesia ada hal penting terkait tentang dimensi kunci dari ekonomi hijau yaitu:

  • Keutamaan Penggunaan-nilai, Nilai Intrinsik & Kualitas: Ini adalah prinsip fundamental dari ekonomi hijau sebagai suatu perekonomian jasa, fokus pada pengguna akhir, atau kebutuhan manusia dan lingkungan. Hal merupakan sarana untuk akhir memuaskan kebutuhan nyata, dan dapat secara radikal dilestarikan. Uang juga harus dikembalikan ke status sebagai sarana untuk memfasilitasi pertukaran regeneratif, bukan tujuan itu sendiri. Bila hal ini dilakukan bahkan sebagian besar perekonomian, dapat melemahkan kekuatan totaliter uang dalam perekonomian secara keseluruhan.
  • Mengikuti arus alam : perekonomian bergeraak seperti perahu layar yang bergerak dengan angin akibat proses alam yang bergerak tidak hanya dengan bensin, atau bahan bahan yang renewable tapi jiuga dengan proses hidrologi alami, dengan vegetasi regional dan jaring makanan, dan dengan bahan-bahan lokal. Saat masyarakat mulai bersikap dan peduli terhadap ekologi maka batas-batas politik danekonomi mulai sejajar dengan batas-batas ekosistem.
Melihat beberapa pokok penting diatas kita mengetahui bahwa Indonesia mungkin belum dapat menerapkan green ekonomi secara total dan menyeluruh dalam kegiatan perekonomian akan tetapi ada baiknya pemerintah sedikit demi sedikit mulai melakukan kebijakan green economic. Jika melihat program dari pemerintahan presiden SBY yang mengatakan, kondisi ekonomi yang hendak diwujudkan kabinet Indonesia bersatu (KIB) II adalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan semboyan "pro growth, pro job, pro poor". Nah, "Green Economy" menjadi salah satu bagiannya.

Ironisnya, Indonesia, belum memiliki konsep ekonomi hijau yang jelas melalui kebijakan yang terpadu antara seluruh sektor dan sub-sektor Pemerintahan. Padahal konsep ekonomi hijau menjadi benefit negara ini dengan kapasaitas sumber daya alam terbaharukan yang luar biasa besar potensinya. Selain biodiversitas kita juga memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada yang dapat menjadi sumber energi listrik sel surya maupun tenaga ombak.Dengan berbagai potensi yang besar ini ekonomi hijau dapat menjadi jaminan terciptanya lapangan pekerjaan (pro jobs) dan menjadi motor perekonomian bangsa yang senantiasa tumbuh secara berkelanjutan (pro growth). Sebagai contoh: Indonesia punya lahan kritis sebesar 19,5 juta hektare (dalam kawasan hutan) dan 10,6 juta hektare (luar kawasan hutan).

Lahan kritis ini bisa dimanfaatkan untuk membuat kebun kelapa sawit yang ramah lingkungan, bahan bakar etanol, dan lahan pertanian organik. Bahkan kualitas bioetanol yang diperoleh dari lahan kritis diprediksi dapat memenuhi kebutuhan BBM di Indonesia setiap hari. Bioetanol yang dihasilkan diperoleh dari sumber tanaman jagung, ketela, gandum, dan tebu. Betapa banyak masyarakat lokal di sekitar lahan kritis ini yang akan terserap apabila pembangunan ekonomi hijau dikelola dengan sungguh-sungguh.

Selain itu apabila kita melihat lebih dalam lagi sesungguhnya pemerintah yang menerapkan kebijakan yang yang tidak bersahabat dengan lingkungan tidaklah hanya disebabkan permasalahan konseptual baik itu ekonomi, lingkungan hidup maupun perangkat hukum yang ada. Melainkan juga sudah terkait atau berkorelasi dengan falsafah dan visi-misi hidup manusianya.

Mengapa falsafah dan visi-misi hidup? Ini tidak lain adalah dikarenakan keterkaitan erat antara perilaku manusia dengan falsafah dan visi-misi hidup yang diyakininya. Oleh karenanya, ketika peringatan hari lingkungan hidup di tahun 2008 yang mengambil tema "ubah perilaku dan cegah pencemaran lingkungan" dilaksanakan mengandung satu pertanyaan yang begitu penting. Bagaimana caranya mengubah perilaku masyarakat yang ada saat ini? Padahal perilaku masyarakat dominan dipengaruhi oleh sistem Kapitalisme dan Sekularisme (yang telah terbukti hanya mendatangkan kerusakan) yang notabenenya justru dijadikan arahan dalam pelaksanaan dan pengelolaan sistem ketatanegaraan Indonesia.

Untuk itu, langkah besar yang perlu dilakukan untuk mencapai target "Green Eonomy" tidak lain adalah dengan mengubah terlebih dahulu sistem dasar dari negeri ini dari Kapitalisme dan Sekularisme menjadi Syariah Islam.

Seharusnya dengan kekayaan kita yang luar biasa banyaknya kita dapat menyaingi Negara maju yang lebih dulu dengan green ekonominya , kita akui bahwa kita mungkin kurang dalam hal teknologi tapi kita dianugerahi oleh Allah swt kekayaan alam yang melimpah ruah. Sayangnya hal yang menyerang negeri kita adalah terlalu banyakberpolitik ria dan korupsi yang sudah menjadi wabah bagi para pejabat di negeri kita. Sekian tulisan ini wassalamualaikum wr wb.

Referensi:

0 komentar:

Posting Komentar